Senin, 23 Mei 2011

Olechemical bahan kimia yang berasal dari tumbuhan dan hewan lemak . Mereka analog dengan petrokimia yang bahan kimia berasal dari minyak bumi .

Pembentukan bahan oleokimia dasar seperti asam lemak , metil ester asam lemak (FAME), alkohol lemak , amina lemak dan glycerols adalah dengan berbagai reaksi kimia dan reaksi enzimatik. Intermediate zat kimia yang diproduksi dari bahan oleokimia dasar termasuk etoksilat alkohol, sulfat alkohol, eter alkohol sulfat, garam amonium kuartener , monoacylglycerols (MAG), diacylglycerols (DAG), trigliserida terstruktur (TAG), ester gula dan produk oleokimia lainnya.

Sebagai harga minyak mentah naik pada akhir tahun 1970, [1] produsen beralih dari petrokimia ke oleokimia [2] karena berdasarkan laurat minyak-tanaman diolah dari kernel kelapa sawit lebih murah. Sejak itu, minyak inti sawit yang banyak digunakan dalam produksi deterjen dan barang-barang perawatan pribadi seperti pasta gigi, sabun batangan, krim mandi dan sampo. [3]

negara-negara Asia Tenggara yang cepat produksi pertumbuhan kelapa sawit dan inti kelapa sawit di tahun 1980-an memacu industri oleokimia di Malaysia, Indonesia dan Thailand. Banyak tanaman oleokimia dibangun. Meskipun kecil dan industri baru lahir ketika diadu melawan raksasa deterjen besar di Amerika Serikat dan Eropa, perusahaan oleokimia di Asia Tenggara memiliki keunggulan kompetitif dalam bahan murah. [4] The US lemak industri kimia sulit untuk secara konsisten mempertahankan tingkat keuntungan yang dapat diterima. Kompetisi ini intens dengan pangsa pasar dibagi di antara banyak perusahaan di mana tidak ada impor maupun ekspor memainkan peranan penting. [5] Pada akhir 1990-an, raksasa seperti Henkel, Unilever dan Petrofina menjual pabrik oleokimia mereka untuk fokus pada kegiatan laba yang lebih tinggi seperti ritel konsumen barang. Sejak wabah Eropa 'penyakit sapi gila' atau ( ensefalopati spongiform sapi ) pada tahun 2000, lemak diganti untuk berbagai keperluan oleh asam lemak oleat nabati seperti minyak inti sawit dan kelapa. [6]
Isi
[hide]

1 Aplikasi
2 Hidrolisis
3 Transesterifikasi
4 Referensi

[ sunting ] Aplikasi

Aplikasi yang paling umum oleokimia adalah produksi biodiesel. Asam lemak adalah esterifikasi dengan alkohol, umumnya metanol untuk membentuk ester metil. Aplikasi lain yang umum adalah dalam produksi deterjen, asam laurat digunakan untuk menghasilkan natrium lauril sulfat , bahan utama dalam berbagai produk perawatan pribadi. Aplikasi lain meliputi produksi pelumas, pelarut hijau, dan bioplastik.
[ sunting ] Hidrolisis

Pemecahan lemak (atau hidrolisis) dari trigliserida menghasilkan asam lemak dan gliserol :

RCOOCH 2-CHOOCR-CH 2 OCOR + 3 H 2 O → 3 RCOOH + Hoch 2-CHOH-CH 2 OH

Penambahan dasar membantu reaksi dilanjutkan lebih cepat.
[ sunting ] transesterifikasi

Jika minyak atau lemak yang dibuat untuk bereaksi dengan alkohol (R'OH) bukan dengan air, proses ini alkoholisis. Hal ini juga disebut transesterifikasi , karena fragmen gliserol dari tri-ester asam lemak dipertukarkan untuk itu alkohol lain. Dengan demikian, produk ester asam lemak dan gliserol:

RCOOCH 2-CHOOCR-CH 2 OCOR + 3 R'OH → 3 RCOOR '+ Hoch 2-CHOH-CH 2 OH

Asam lemak atau ester lemak yang dihasilkan dengan metode ini mungkin akan berubah. Sebagai contoh, hidrogenasi mengkonversi asam lemak tak jenuh menjadi asam lemak jenuh . Asam atau ester juga dapat dikurangi untuk memberikan alkohol lemak .
http://www.blogger.com/img/blank.gif
Kimia oleo dan Sumber: bahan kimia oleo, dengan nama mereka, dapat didefinisikan sebagai bahan kimia dari minyak. Hal ini bisa lemak alami dan minyak - oleo kimia alami atau minyak asal petrokimia - oleo kimia sintetik. Lemak & minyak adalah produk alam terbarukan. Alam kimia oleo berasal dari lemak alami dan minyak oleh FAT ESTERIFIKASI atau membelah TRANS-.

Kimia Memisahkan Lemak: asam lemak dan ester metil asam lemak yang paling oleo kimia dasar penting bagi industri kimia oleo.
minyak Alam (kelapa sawit, minyak kelapa dll) dapat dihidrolisis atau dibagi menjadi bersesuaian ASAM LEMAK DAN gliserin.



membelah Lemak reaksi homogen yang keluar pada tahap ini asam lemak dari trigliserida radikal memindahkan satu per satu dari tri untuk di ke mono. Sebuah membelah lemak yang tidak lengkap adalah campuran dari mono, di dan juga sampai dengan beberapa trigliserida batas.
membelah Lemak merupakan reaksi reversibel, pada titik kesetimbangan, laju hidrolisis akan sama dengan ulang esterifikasi dan sehingga gliserin sebagai produk harus ditarik cenderung terus untuk menyelesaikan reaksi ke depan.
Kenaikan suhu (dari 150 ° c untuk 220 °) dan tekanan meningkatkan kelarutan Dari minyak dalam air oleh dua sampai tiga kali.


Proses Memisahkan Fat: Tahap tunggal saat proses counter splliting di menara sangat cocok untuk penanganan rates.It pakan yang lebih besar dioperasikan terus menerus, memungkinkan temperatur maksimum panas pemecahan recovery.The dari 245-255 derajat C menjamin memadai pelarutan fasa aqueous dalam lemak sehingga agitasi fisik tidak diperlukan. Lewat lemak kasar melalui menara dari bawah ke atas sebagai fase koheren, sedangkan pemisahan air berat bergerak ke bawah bangsal sebagai fasa terdispersi melalui campuran asam lemak dan lemak. Memisahkan efisiensi 99% dan di atas dicapai secara konsisten.




DATA TEKNIS
Kapasitas Pabrik 50-400 t / d
Produk dan utilitas konsumsi untuk produk pengolahan lemak
• Derajat pemisahan air gliserin
• Konsentrasi, dengan pra-konsentrasi
• Dengan berkedip uap
> 99%
12-16%
20-35%
Approx. utilitas konsumsi per ton lemak kasar
• Pemanasan uap, 60 bar
• Colling air, 20 ° C
• energi listrik
• Proses air
160 kg
12m3
10kwh
0.6m3


Distilasi Asam Lemak dan Fraksinasi: Fatty asam yang dihasilkan dari berbagai proses belahannya lemak dimurnikan dengan distilasi dan juga dapat dipisahkan menjadi-Asam lemak individual oleh distilasi fraksional.
Asam lemak sangat sensitif terhadap panas, oksidasi & efek korosi akibat adanya kelompok asam sehingga bahan konstruksi adalah sangat penting.

Teknis rancang pabrik unit distilasi

Distilasi dilakukan di bawah vakum tinggi dan suhu rendah dan dengan waktu tinggal sesingkat mungkin.
Tidak ada penyisihan leakge udara.
pemanasan yang efektif untuk mencapai waktu kontak pendek.
sirkulasi yang baik untuk transfer massa yang efektif antara uap dan kondensat untuk memastikan ekonomi uap.
asam lemak Distilled hampir warna air putih tanpa kotoran.


Proses Prinsip: asam lemak diuapkan pada kondisi vakum (kadang-kadang dengan penambahan uap hidup untuk sirkulasi asam lemak dan tekanan pengurangan partialm).




DATA TEKNIS
Ukuran Tanaman 50-200t / d
Approx.utility konsumsi per ton asam lemak mentah
• Pemanasan uap 50 bar
• Uap 3-10 bar
• air pendingin 20 ° C
• energi listrik
• Ekspor uap 3 bar
370kg
150kg
15m3
5kwh
120kg


Fraksinasi Asam Lemak: fraksinasi memungkinkan untuk memisahkan campuran asam lemak dalam pemotongan sempit Atau bahkan komponen individual. Deterjen pakan ternak grade C12-C18 dipisahkan dari seluruh dipotong oleh topping dari fraksi C8-C10. Memotong tengah, C12-C14, selanjutnya dapat difraksinasi dari C18-C12 Potong melalui Fraksinasi multistage dengan menggunakan dua atau lebih columns.Basically, setiap tahap menggunakan deaerator, sumber panas, kolom fraksinasi, Kondensasi sistem, dan sumber vakum. sistem Vacuum adalah menyediakan independen untuk setiap kolom untuk mencapai vakum heighst dan pemulihan yang lebih besar produk yang diinginkan. Diagram berikut menunjukkan proses fraksinasi. kemurnian Achievable adalah approx. 99,5% untuk fraksi C12 dari kernel kelapa sawit atau asam fwtty dan approx. 95% untuk sebagian kecil dari asam lemak C22 repeseed minyak, masing-masing.





Dirancang & Diproduksi Oleh
CM Bernardini Srl
Via Appia Km. 55900
04012 Cisterna di Latina (LT)
Italia
Tel 39.06.96871028
Fax 39 06 9699793
Web: www.cmbernardini.it Diwakili dalam INDIA oleh
SPEC Engineers & Consultants Pvt. Ltd
2 / 86, WHS, Nagar Kirti
New Delhi - 110015
India
Tel +91 11 4142 0206, 2541 3597
Fax +91 11 2519 3715
Web: www.specengineers.com
Email: info@specengineers.com
PALM OIL

- Spesies Elaeis guineensis – Malaysia, (Elaeis Oleifera - South America)
- Bunches: 4- 20 kgm, 200-2000 buah
- dura - thick shell
tenera - thin shell

pisifera - no shell (membrane)
- Oil content: 5-7 tan/ha oil (soybean: 0.8 tan /ha oil)
- Two type of oils
Palm oil (PO) – from mesocarp: 50% oil
Palm kernel oil (PKO) – from kernel
Main Component of oil:
- Crude palm oil (CPO) – red orange, semi-solid
- Main component: glicerides
1. TG

trisaturated,PPP
disaturated,POP
monosaturated,PO O
2. DG
5 - 8%
3. MG
< 1%
4. Free fatty acids
- Suhu biasa, 20-30oC, CPO terdiri daripada campuran hablur (mainly PPP +
POP) dengan cecair minyak (mainly POO + POP)

- Suhu lebur dipengaruhi oleh:
i) kandungan separa gliserida
ii) darjah ketaktepuan gliserida
iii) susunan asid pada gliserida

CHM 3502
DZUL
8
Penggunaan Minyak Sawit

Minyak sawit
1. PO - olein dan stearin minyak sawit
2. PKO - olein dan stearin minyak isirung sawit
Penggunaan utama:
1.
Industri makanan (10%)
2.
Industri bukan makanan (90%)
a) Industri oleokimia
- lemak dan AL ditukar kepada bahan kimia tertentu yang boleh diguna
dalam industri lain.

b) Penggunaan langsung lemak
- lilin
- tin plating
- emulsion in steel mills
(lubricate the rolls)
1.
Industri makanan
Sifat semi solid sesuai komponen bahan makanan.

Penggunaan utama:
- goreng (palm olein)
- margerine
- shortening
- confectionery fats
- kadang-kadang perlu adunan dengan minyak lain untuk mencapai kriteria
tertentu.
e.g:margeri ne
- ciri margerine (lauric oil)
- PO dan palm olein kurang rosak ketika goreng berbanding minyak lain
< C18:3, C18:2 ~ 10%, 500 ppm tokoferol

- Lemak confectionery : - sifat fizik:
i) keras dan rapoh pada suhu bilik
ii) mudah lebur dimulut
CHM 3502
DZUL
9
eg: cocoabutter
gliceride POS
(tidak terdapat pada sumber asil lain)
-Peningkatan 2 peringkat PO

‘palm mid fraction’ -
gliserida POP POP ~ POS
POP + SOS (dari sumber lain)
confectionery fat larut dalam cocoabutter (cocoa Butter
Equavalent, CBE)
- lauric acid - fractionate
stearin 32 - 37oC - sharp & low mp.
hard, brittle at low temperature
CHM 3502
DZUL
10
2. Oleokimia(JAOCS 62(2), 317, (85)

Oleokimia adalah bahan kimia yang dihasilkan dari minyak dan lemak, iaitu
penukaran trigliserida kepada bahan kimia. Oleokimia boleh dibahagi kepada
dua kumpulan:
1. Oleokimia asas
- asid lemak, ester, lemak alkohol, gliserol
2. Oleokimia terbitan (oleokimia sekunder)
- bahan kimia terbitan dari oleokimia asas, contoh amida
-ethoxylated fatty acids, fatty ether sulfates

Pada masa dahulu sumber oleokimia berasaskan C12 – C14 diperolehi dari minyak kelapa. Manakala sumber C16 – C18 diperolehi dari lemak haiwan (tallow). Memandankan bekalan dan pengeluaran minyak sawit bagitu banyak, sekarang kedua-dua kumpulan asid ini diperolehi dari minyak sawit dan minyak isirung sawit. Kandungan asid lemak C6 + C10 dalam minyak kelapa ialah 14.5 % berbanding minyak isirung sawit 7.5 %. Tetapi minyak kelapa mempunyai asid lemak C18 yang rendah (5 %) dari minyak isirung sawit (15 %). Manakala asid lemak C12 adalah sama dalam kedua-dua minyak ini (48 %).
a) sabun

sumber minyak:
- lauric oil - pko & coconut oil
- tallow - diganti oleh PO atau palm stearin lembut
- palm oil - sesuai untuk semua jenus sabun, C16-C18
b) Alkoholisis
mangkin
TG + alkohol
ester
industri lain
c) Asid Lemak (JAOCS 62, 327 1985)

Asid lemak diperolehi dari pemecahan minyak (fat splitting) pada suhu dan tekanan tinggi. Proses pemecahan minyak (hidrolisis) boleh dilakukan secara berperingkat ( Proses Twitchell) atau secara berterusan (Proses
CHM 3502
DZUL
11

Colgate-Emery). Asid lemak sekarang banyak dihasilkan melalui proses Colgate-Emery yang mana penukaran lebih dari 99 % boleh dicapai dalam masa 1 – 3 jam berbanding proses Twitchell (85 % penukaran dalam masa 24 jam). Teknology baru pemecahan lemak ialah menggunakan enzim (lipase). Kaedah ini melibatkan kos tinggi dan mengambil masa yang lama (72 jam) untuk mendapat penukaran lengkap. Asid lemak yang diperolehi dari minyak sawit mempunyai kandungan bahan tak tersabun (unsaponifiables) rendah dan kualitinya setanding dengan asid lemak dari lemak haiwan.
splitting
gliserida
fatty acid + gliserol

untuk industri lain
Asid lemak mempunyai berbagai penggunaan;
1. Penggunaan terpenting asid lemak adalah dalam pembuatan sabun.
Asid laurik (C12) bayak digunakan dalam bidang ini.
2. Penghasilan trigliserida rantai sederhana (medium chain trigliceride-
MCT)
Trigliserida Rantai Sederhana (TRS) diperolehi melalui sintisis gliserol
dengan asid lemak isirung sawit (C6 – C10).

TRS mempunyai penggunaan penting dalam industri flavour, fragrance, bakery products, agen pelincir, dll.

3. Asid lemak dari minyak sawit (C16 – C18) diguna dalam industri getah untuk mendapatkan kesansoftning andplasticising. Minyak sawit mempunyai nisbah C16/C18 yang sesuai untuk pembuatan lilin. Nisbah C16/C18 dalam lilin berkualiti tinggi ialah 7:2 dan ini dapat diperolehi dari asid lemak kelapa sawit. Lilin berasaskan minyak sawit mempunyai
CHM 3502
DZUL
12
tempoh pembakaran yang lama, kurang asap dan kurangdrip berbanding
dengan lilin berasaskan minyak petroleum.
4. Asid lemak berkualiti tinggi diguna dalam pembuatan barangan kosmetik.
Asid ini mempunyai kebolehan berbueh dan memberi lusture and shine.

d) Ester Metil Asid Lemak (JAOCS56 770A 1979)
Ester metil asid lemak boleh diperolehi dari minyak dan lemak melalui
berbagai kaedah.
1. Asid lemak dari proses pemecahan lemak ditukarkan kepada terbitan
ester metil melalui proses pengesteran menggunakan mangkin asid.
Asid lemak + alkohol
Ester metil asid lemak + H2O
CH3(CH2)n CO-OH + CH3-OH
CH3 (CH2)n CO-OCH3 + H2O
2. Melalui proses alkoholisis minyak (trigliserida) menggunakan mangkin
bae (CH3ONa). Ester dan gliserol terpisah kepada dua fasa.
Minyak + CH3OH
ester + gliserol
CH2CO-OR
CH2OH
CHCO-OR
3CH2OH
3RO-OCH3
+ CHOH
CH2CO-OR
CH2OH

Penggunaan penting ester metil asid lemak ialah sebagai bahan mentah dalam
pembuatan alkohol berlemak (80 %). Lain-ain penggunaan adalah dalam
industri tektil, kosmetik, farmasi, plastik, pelincir, dll.
e) Alkohol Berlemak (Fatty Alcohol)

Alkohol berlemak dihasilkan dari ester metil asid lemak. Hampir 90 % alkohol
berlemak diguna dalam pembuatan surfaktan yang kemudian diguna dalam
penghasilan bahan pembasuh dan bahan pencuci, fabric softener,cos me t ic
pengesteran
CHM 3502
DZUL
13
syndets(shampoos, foam baths, liquid soaps etc.). Di antara surfaktant terbitan
alkohol berlemak ialah ethoxylated compounds dan fatty alcohol ether sulfates.

Bidang baru penggunaan alkohol berlemak ialah penyediaan sebatian alkil
glukosid. Surfaktan ini mempunyai beberapa kebaikan seperti mudah
kepercahan biologi, ketoksidan air rendah (low aquatic toxity) dan sifat
detergensi yang baik.
f) Gliserol
Gliserol merupakan hasil sampingan proses pemecahan minyak dan proses
alkoholisis trigliserida.
CH2CO-OR
CH2OH
CHCO-OR
3CH2OH
3RO-OCH3
+ CHOH
CH2CO-OR
CH2OH

Kedua-dua proses di atas menghasilkan di antara 10 30 % campuran gliserol
dengan air (sweet-water) yang kemudian diproses untuk mendapatkan
gliserol tulin. Gliserol berkualiti tinggi diperolehi melalui rawatan dengan
karbon teraktif.

Penggunaan:
1. sebagai pembawa dalam bahan farmasi
2. sebagaihuma ctant dalam bahan farmasi
3. ramuan penting dalam bahan peletup
4. bahan mentah pembuatan pengemulsi makanan (mono- dan digliserida).
d) Terbitan Asid Lemak
- Asid lemak
terbitan lain
- 4 katogeri asid lemak digunakan
i) Rantai pendek tepu: < C14
ii) C16- C18 tepu atau sederhana tak tepu atau campuran
Kelapa sawit

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan yang memberikan kontribusi penting pada pembangunan ekonomi Indonesia, khususnya pada pengembangan agroindustri. Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia tahun 1996mencapai 2 juta Ha dengan produksi CPO hampir 5 juta ton. Pada tahun 2010 luas perkebunan kelapa sawit direncanakan akan mencapai 7 juta Ha, dengan produksi CPO lebih dari 12 juta ton. Pada tahun tersebut Indonesia diharapkan akan menjadi negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia.

Keberadaan minyak kelapa sawit sebagai salah satu sumber
minyak nabati relatif
cepat diterima oleh pasar domestik dan pasar dunia. Peningkatan
konsumsi minyak nabati dalam negeri terlihat dari tahun 1987 hingga
tahun 1995, permintaan lokal akan minyak nabati naik dengan laju
rata-rata 5.6% per tahunnya. Peningkatan ini sebagian disebabkan
karena peningkatan jumlah penduduk sebesar 1.98% dan peningkatan
konsumsi minyak nabati per kapita sebesar 2.27%. Sedangkan laju
peningkatan permintaan akan minyak kelapa sawit adalah 9% (hampir
dua kali dari laju peningkatan permintaan akan minyak nabati).


CPO

Dalam rangka mengantisipasi melimpahnya produksi CPO, maka diperlukan usaha untuk mengolah CPO menjadi produk hilir. Pengolahan CPO menjadi produk hilir memberikan nilai tambah tinggi. Produk olahan dari CPO dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu produk pangan dan non pangan. Produk pangan terutama minyak goreng dan margarin. Produk non pangan terutama oleokimia yaitu ester, asam lemak, surfaktan, gliserin dan turunan-turunannya. Industri penghasil oleokimia termasuk industri kimia agro (agrobased
chemical industry) yaitu industri yang mengolah bahan baku yang
dapat diperbaharui (renewable), merupakan industri yang bersifat
resources-based industries dan mempunyai peranan penting dalam

upaya pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat luas (basic needs) seperti kosmetika, produk farmasi dan produk konsumsi lainnya. Selain itu industri tersebut berperan pula dalam pemerataan dan pertumbuhan ekonomi (economic growth with equality) serta pemberdayaan ekonomi rakyat. Sampai saat ini beberapa produk industri bahan kimia khusus yang berbasis CPO sepenuhnya masih tergantung impor, seperti produk isopropyl palmitat, isopropyl miristat,

asam palmitat dan asam oleat. Pengembangan industri bahan kimia khusus di dalam negeri yang menghasilkan produk-produk tersebut mempunyai prospek yang baik. Hal ini didukung potensi pasar dalam negeri cukup besar seperti industri kosmetika yang berjumlah sekitar 600 perusahaan besar dan kecil serta industri farmasi, yang sebagian besar membutuhkan produk-produk kimia khusus yang berbasis CPO.
Produk olahan CPO yang merupakan non pangan diantaranya
adalah oleokimia.

Salah satu produk turunan oleokimia adalah ester, contohnya adalah metil ester. Asam lemak metil ester mempunyai peranan utama dalam industri oleokimia. Metil ester digunakan sebagai senyawa intermediate untuk sejumlah oleokimia yaitu seperti fatty alcohol, alkanolamida,α -sulfonat, metil ester, gliserol monostearat, surfaktan gliserin dan asam lemak lainnya. Perusahaan Lion of Japan bahkan telah menggunakan metil ester untuk memproduksi sabun mandi yang berkualitas, selain itu metil ester saat ini telah digunakan untuk membuat minyak diesel sebagai bahan bakar alternatif. Metil ester mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan asam lemak, diantaranya yaitu: 1) Pemakaian energi sedikit karena membutuhkan suhu dan tekanan lebih rendah dibandingkan dengan asam lemak; 2) Peralatan yang digunakan murah. Metil ester bersifat non korosif dan metil ester dihasilkan pada suhu dan tekanan lebih rendah, oleh karena itu proses pembuatan metil ester menggunakan peralatan yang terbuat dari karbon steel, sedangkan asam lemak bersifat korosif sehingga membutuhkan peralatan stainless steel yang kuat; 3) lebih banyak menghasilkan hasil samping gliserin yaitu konsentrat gliserin melalui reaksi transesterifikasi kering sehingga menghasilkan konsentrat gliserin, sedangkan asam lemak, proses pemecahan lemak menghasilkan gliserin yang masih mengandung air lebih dari 80%, sehingga membutuhkan energi yang lebih banyak; 4) metil ester lebih mudah didistilasi karena titik didihnya lebih rendah dan lebih stabil

terhadap panas; 5) dalam memproduksi alkanolamida, ester dapat menghasilkan superamida dengan kemurnian lebih dari 90% dibandingkan dengan asam lemak yang menghasilkan amida dengan kemurnian hanya 65-70%; 6) metil ester mudah dipindahkan dibandingkan asam lemak karena sifat kimianya lebih stabil dan non korosif. Metil ester dihasilkan melalui reaksi kimia esterifikasi dan transesterifikasi. Esterifikasi adalah reaksi asam dengan alkohol menggunakan katalis asam menghasilkan ester. Katalis yang biasa digunakan adalah asam sulfur. Persamaan reaksinya adalah sbb:
asam
RCOOH + R’OH RCOOR’ + H2O
Asam alkohol katalis ester air

Pada reaksi transesterifikasi, terjadi pemindahan alkohol dari suatu ester menjadi alkohol lain dalam proses yang sama melalui hidrolisis. Pada reaksi ini, jika suatu ester dipecah oleh alkohol maka reaksinya disebut alkoholisis. Persamaan rekasinya adalah sbb:
NaOCH3
RCOOR’ + ROH RCOOR’’ + R’OH
ester alkohol ester alkohol

Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi kesetimbangan. Untuk menggeser reaksi ke sebelah kanan, harus menggunakan alkohol berlebih. Pada reaksi ini, ester baru akan terbentuk. Katalis yang paling efektif digunakan adalah sodium metilate. Tetapi selain itu dapat digunakan juga sodium hidroksida. Jika pada reaksi ini, alkohol yang digunakan adalah metanol, maka reaksinya disebut metanolisis. Metanol sering digunakan karena harganya lebih murah. Reaksi transesterifikasi menggunakan metanol dapat dilihat sebagai berikut:

RCOOCH2 CH2OH
NaOCH3
RCOOCH + 3 CH3OH 3 RCOCH3 + CHOH
katalisRCOOCH2 CH2OH
lemak/minyak metanol metil ester gliserin


Kajian Pasar
Pengembangan produk turunan minyak sawit penting untuk
dilakukan mengingat

peningkatan nilai tambah yang dapat diperoleh. Sebagai bahan perbandingan, pada Gambar .1 disajikan perkembangn harga produk- produk oleokimia yang menggunakan CPO sebagai bahan baku. Produk hilir sawit lanjutan yang dapat dihasilkan melalui penerapan proses lanjutan terhadap produk-produk oleokimia yang telah berkembang di Indonesia akan memberikan tambahan nilai tambah yang cukup besar. Nilai tambah produk hilir sawit tersebut akan lebih besar dibandingkan nilai tambah produk-produk oleokimia.

Peluang pengembangan produk turunan (hilir) minyak sawit mengingat lembaga-lembaga riset di Indonesia telah melakukan riset- riset mengenai produk hilir sawit. Riset-riset produk hilir sawit yang telah dikembangkan hingga skala produksi pilot plant oleh lembaga riset di Indonesia sangat baik untuk diaplikasikan ke skala industri.
Oleokimia

Produk oleokimia sangat prospektif untuk dikembangkan sebagai salah satu jawaban kurang prospektusnya harga CPO dan PKO karena berlawanan dengan kondisi supply demand minyak mentah nabati yang saat ini dan di masa yang akan datang berada dalam posisi
excess supply, kesetimbangan produk oleokimia dunia justru

diperkirakan masih akan berada dalam kondisi excess demand hingga beberapa tahun mendatang. Kondisi excess demand pada produk oleokimia ini tentu merupakan sebuah indikasi akan prospektifnya harga komoditi tersebut. Menurut FAO, di pasar dunia saat ini terjadi pertumbuhan demand yang stabil atas produk-produk oleokimia dengan pertumbuhan 3% per tahunnya. Diramalkan pertumbuhan industri oleokimia yang terbesar akan terjadi di kawasan Asia.

Pertumbuhan industri oleokimia yang diperkirakan terjadi sangat pesat di kawasan Asia sebenarnya tidak terlepas dari pertumbuhan produksi minyak nabati (bahan baku industri oleokimia) yang sangat tinggi di kawasan tersebut. Pada tahun 1960, produksi minyak dan lemak Asia baru mencapai 7.5 juta ton (24.12% dari produksi minyak dan lemak dunia), namun kemudian produksi minyak dan lemak nabati kawasan Asia meningkat pesat dimana produksi minyak dan lemak kawasan ini pada tahun 1980 menjadi 8.4 juta ton (20.95% dari total produksi dunia). Peningkatan produksi minyak dan lemak Asia selanjutnya terus mengalami peningkatan hingga pada tahun 2000, kawasan ini telah menjadi kawasan produsen minyak dan lemak nabati utama dunia dengan total produksi minyak dan lemak nabati mencapai 39.3 juta ton (37.43% dari total produksi dunia). Selama kurun waktu 1960- 2000, produksi minyak dan lemak kawasan Asia telah mengalami perkembangan sebesar rata-rata 53.63% per tahunnya.

Di pasar, produk oleokimia alami hanya mengalami persaingan dari produk substitusinya, yaitu oleokimia natural, terlihat dalam industri surfactant alcohols (fatty alcohols). Namun menurut FAO, sejak tahun 1995 sekitar 52% dari produksi fatty alcohols dunia berasal dari minyak nabati, selanjutnya badan dunia tersebut memperkirakan bahwa penggunaan minyak nabati, selanjutnya badan dunia tersebut memperkirakan bahwa penggunaan minyak nabati dalam industri fatty alcohol akan terus meningkat dan peningkatan yang terbesar akan terjadi di kawasan Asia Tenggara.
Supply dan Demand Oleokimia Dunia
Menurut FAO, sebagian besar permintaan dunia akan produk-produk

oleokimia didominasi atas permintaan akan dua produk, yaitu:
1. fatty acid (± 50% dari total permintaan dunia akan oleokimia)
2. fatty alkohol (± 20% dari total permintaan dunia akan oleokimia)
Kondisi kesetimbangansupply-demand oleokimia dunia setidaknya
dilihat dari posisi kesetimbangan antara total produksi dan total

konsumsi dunia, dimana total produksi dinyatakan sebagai supply dan total konsumsi dinyatakan sebagai demand. Perkiraan besarnya produksi dan konsumsi dari fatty acid dunia diperkirakan dari persentase pertumbuhan produksi dan konsumsi komoditi ini yang dikeluarkan oleh FAO. Hingga tahun 2005, kesetimbangan supply demand komoditi fatty acid dunia akan berada dalam kondisi excess demand. Hal ini tentu secara otomatis menunjukkan bahwa hingga tahun 2005 akan terjadi peningkatan harga komoditi fatty acid di pasar dunia. Kesetimbangan supply dan demand dari fatty alcohol dunia

diperkirakan dengan berdasarkan asumsi-asumsi berikut:
1. Pertumbuhan demand fatty alcohol = 3.5% per tahun (APOLIN 2001)
2. Produksi natural fatty alcohol tahun 2000 = 0.627 juta ton (FAO,
2000)
3. Demand fatty alcohol 2000 = 1.6 juta ton (APOLIN, 2000)
4. Pertumbuhan produksi natural fatty alcohol per tahun = 4.6% (FAO,
2000)
Komoditi fatty alcohol hingga tahun 2005 diperkirakan juga akan
berada dalam kondisi ekses demand. Hal ini tentunya merupakan
indikator yang baik akan kemungkinan peningkatan harga komoditi ini
hingga tahun 2005.
Perkembangan Produksi dan Kapasitas Oleokimia Dunia

Dari tahun 1998 hingga tahun 2000, pertumbuhan produksi oleokimia natural dunia terlihat cukup stabil, dengan total pertumbuhan rata-rata sebesar 2.8%. Pertumbuhan produksi oleokimia dunia dalam periode 1988-2000 terdapat pada komoditi fatty acid methyl ester yang selama periode tersebut telah mengalami pertumbuhan produksi sebesar 6.45 per tahunnya. Natural fatty alcohol yang selama periode yang sama mengalami pertumbuhan produksi rata-rata sebesar 4.6% per tahunnya. Meskipun demikian, produksi natural oleokimia dunia hingga tahun 2000 masih didominasi oleh natural fatty acids dan natural fatty alcohol. Dari tahun 1988

hingga tahun 2000, produksi natural fatty acid dunia rata-rata mencapai 64.61% dari total produksi natural oleokimia dunia, sedangkan proporsi produksi natural fatty alcohol mencapai 13.04% dari total produksi natural oleokimia dunia. Besarnya proporsi produksi dari natural oleokimia dunia ini sebenarnya tidak terlepas dari tingginya permintaan dunia akan kedua komoditi tersebut.
Ekspor Impor Oleokimia

Ekspor industri oleokimia telah dilakukan ke berbagai negara. Pasar ekspor yang selama ini prospektif untuk komoditi asam lemak adalah Singapura, Eropa (Jerman Prancis, Inggris, Belanda, Denmark dan Belgia), Jepang dan Amerika Serikat. Negaranegara konsumen utama deterjen adalah Amerika Serikat (29,1 kg/kapita/tahun), Eropa (15,5 kg/kapita/tahun), Singapura (7,8 kg/kapita/tahun) dan Jepang (7,2 kg/kapita/tahun); sedangkan konsumen utama sabun berturut-turut adalah Singapura (4,5 kg/kapita/tahun), Amerika Serikat (2,8 kg/kapita/tahun) dan Eropa (2,3 kg/kapita/tahun). Sejalan dengan peningkatan jumlah dan pendapatan penduduk, kebutuhan akan kedua produk tersebut (deterjen dan sabun) tampaknya akan semakin meningkat (AP31, 1993;Tri Karya Pecindo, 1995).
Oleokimia(JAOCS 62(2), 317, (85)

Oleokimia adalah bahan kimia yang dihasilkan dari minyak dan lemak, iaitu
penukaran trigliserida kepada bahan kimia. Oleokimia boleh dibahagi kepada
dua kumpulan:
1. Oleokimia asas
- asid lemak, ester, lemak alkohol, gliserol
2. Oleokimia terbitan (oleokimia sekunder)
- bahan kimia terbitan dari oleokimia asas, contoh amida
- ethoxylated fatty acids, fatty ether sulfates

Pada masa dahulu sumber oleokimia berasaskan C12 – C14 diperolehi dari
minyak kelapa. Manakala sumber C16 – C18 diperolehi dari lemak haiwan
(tallow). Memandankan bekalan dan pengeluaran minyak sawit bagitu banyak,
berlemak diguna dalam pembuatan surfaktan yang kemudian diguna dalam penghasilan bahan pembasuh dan bahan pencuci, fabric softener,co s metic pengesteran
syndets(shampoos, foam baths, liquid soaps etc.). Di antara surfaktant terbitan

alkohol berlemak ialah ethoxylated compounds dan fatty alcohol ether sulfates.
Bidang baru penggunaan alkohol berlemak ialah penyediaan sebatian alkil
glukosid. Surfaktan ini mempunyai beberapa kebaikan seperti mudah
kepercahan biologi, ketoksidan air rendah (low aquatic toxity) dan sifat
detergensi yang baik.
f) Gliserol

Gliserol merupakan hasil sampingan proses pemecahan minyak dan proses
alkoholisis trigliserida.
CH2CO-OR CH2OH
CHCO-OR 3CH2OH 3RO-OCH3 + CHOH
CH2CO-OR CH2OH
Kedua-dua proses di atas menghasilkan di antara 10 30 % campuran gliserol
dengan air (sweet-water) yang kemudian diproses untuk mendapatkan
gliserol tulin. Gliserol berkualiti tinggi diperolehi melalui rawatan dengan
karbon teraktif.
Penggunaan:
1. sebagai pembawa dalam bahan farmasi
2. sebagaihu ma ctan t dalam bahan farmasi
3. ramuan penting dalam bahan peletup
4. bahan mentah pembuatan pengemulsi makanan (mono- dan digliserida).
d) Terbitan Asid Lemak
- Asid lemak terbitan lain
- 4 katogeri asid lemak digunakan
i) Rantai pendek tepu: < C14
ii) C16 - C18 tepu atau sederhana tak tepu atau campuran
iii) sangat tak tepu
iv) lain-lain minyak - fish oil
Hasil utama

1) Detergents
hidrofobik hidrofilik
2) Emulsifiers
3) Gliserol, ester, fatty acid
Rujukan:
1. OLEAGINEUX 40(12), 613 -624 (1985)
2. ELAEIS - ?
ANALISIS MINYAK SAWIT

A) Analisis fizikal
B) Analisis kimia
A) Analisis fizikal

a) Takat asap (smoke pt)
- suhu di mana minyak & lemak mulai menghasilkan asap
- takat asap bergantung kepada kandungan FFA, dan bahan-bahan boleh meruap
lain dalam minyak - merendahkan TA.
- TA tinggi diperlukan: eg minyak goreng
b) Takat lebur
c) Warna

- Penunjuk mutu minyak
- Lovibond Tintometer
- perlu clear, light coloured oil
d) Titer (titre)

Jarang digunakan
Dua tujuan
i) mengkelaskan lemak untuk pengeluaran sabun dan
asid lemak
ii) pengkelasan lemak keras (hard fats)
Difinasi: kenaikan suhu maksimum semasa pendinginan/penghabluran asid
lemak lebar.
3) Indeks lemak pepejal (ILP)
- ukuran kandungan lemak pepejal

- dikira dari nilai ditalasi (perubahan isipadu lemak akibat keleburan pada
suhu tertntu menggunakan dilatometer)
- indeks ini sedang digantikan dengan ukuran
Kandungan Lemak Pepejal (KLP) - ukuran langsung dengan kaedah
spektroskopi SMN (Salunan Magnet Nuklear)
Contoh: Marjerin - kelihatan pepejal, sebenarnya menandungi air terserak di
antara pepejal.
B) Analisis Kimia
i) Nilai iodin (IV)

- ukuran jumlah bilangan ikatan dubel yang wujud di dalam minyak -
ukuran ketaktepuan.
- difinasi: peratus I yang terjerap oleh minyak dan lemak.
- kaedah biasa digunakan wijs (BS 684), atau ISO 3961.
ICI dalam asid asitik dan Ccl4 dicampur dengan sampel minyak - 1 jam.
ICl + -C = C - - C - C -
H Cl
ICI + 2KI KCl + KI + I2
kanji
I2 + 2Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6
Result: Bil. gm I terjerap/100 g sampel
2) Nilai asid (Asid value) - AV

- ukuran asid lemak bebas yang terdapat di dalam minyak
- takrifnya: bil. mgm KOH yang diperlukan untuk meneutralkan asid
lemak di dalam 1 gram lemak.
- Penunjuk darjah hidrolisis dan kemerosotan
- Penentuan dengan titratan
1% phenolphatelein
minyak/lemak + KOH
pink dalam hot etanol (95%) (0.1N/0.5N)
AV = 56.1 VP
MV = Isipadu KOH
1) Nilai peroksida (Peroxide value) PV
2H+
ROOH + KI I2 + ROH + H2O
I2 + 2S2O3
2-2 I-+S4O6
2-
PV = V x M x 1000 mEq/kg oil
mm = jisim sampel minyak
V = isipadu S2O3
2-
M = molariti S2O3
2-

Unitnya: millisetara (milliequivalent) peroksida per
kilogram minyak/lemak
PV > 10 mEq/kg - kurang baik
Kelemahan

1) serapan I2 pada lemak tak tepu
2) I2 daripada KI juga dibebaskan oleh O2 dalam minyak
3) penguraian ROOH tinggi pada suhu tinggi
Ujian Asid Thiobarbiturik (TBA)

RCOOH aldehyde (malonaldehyde)
2 TBA + MA TBA - MA
pigmen merah unggu 532 nm
NS N HO N S
OH OH
HN CH - CH = CH + 2H2O

Chromogen
532 nm
minyak + TBA extract pigmen, ukur absorbance 532 nm.
Unit: milligram malonaldehyde per kilogram sampel - TBA nombor.

Kelemahan
1. pigmen lain, 2,4-alkadienal + TBA juga serap pada 532 nm.
2. Bahan uji TBA tak stabil pada suhu tinggi (terurai).
3) Nilai Anisidin(AnV)

- Menilai mutu minyak akibat kemerosotan pengoksidaan.
- mengukur sebatian karbonil
iso-octane
minyak + p-anisidin UV 350 nm
2-alkenal + p-anisidin komplek
OCH3
NH2
+ C = CH - C
R1
R2
HOOCH3
+ H2O
Np-anisidin

Alk - 2 - enal CH
CH
R2 - C - R1
Nilai Totox

Indeks darjah pengoksidaan
TOTOX va;ue = 2 PV + AnV
(Total oxidation)
value
R - COOH 2-alkenal + R - COOH
5. Ujian Kreis
- Ujian kualitatif untuk ketengikan
- uji kandungan epoxy aldehid atau malonaldehyde

diethyl
Sampel + phloroglucinol extract dengan HCl
ether
larutan akuas
merah
ukur
Lovibon
Kaedah Fizikal
1) Konjugated diene
232 - 234 nm
268 nm - triene
2) Fluorescence
3) IR; GC dll.

Rujukan:
1) JAOCS 55, 539 (1978)
2) Analyst 113, 213 (1988